Sabtu, 24 Desember 2011

10 Wanita Pemegang Kekuasaan di Britania Raya

Dalam sejarah Britania Raya, terdapat 10 wanita yang pernah menduduki tampuk kekuasaan, yakni sembilan Ratu dan seorang Perdana Menteri.
Matilda (April–November 1141)
Matilda merupakan ratu pertama kerajaan Inggris. Namun karena masa pemerintahannya yang relatif singkat, dan di saat dia memerintah, ia tidak mendapat pengakuan yang sah, serta tidak pernah dimahkotai, maka posisinya sebagai ratu masih diperdebatkan hingga saat ini.
Matilda merupakan putri dari Raja Henry I. Ketika ayahnya meninggal pada tahun 1135, Matilda tidak mendapat dukungan menduduki takhta walaupun ia pewaris sah. Maka takhtanya direbut oleh sepupunya, Stephen. Pada tahun 1139, Matilda mulai memimpin pasukan untuk merebut takhta dari Raja Stephen. Raja Stephen dikalahkan dan ditangkap pada April 1141, dan Matilda berhasil merebut takhtanya. Tidak banyak catatan mengenai pemerintahan Matilda, kecuali ia menolak permintaan rakyat agar pajak dipotong.
Stephen yang dipenjara berhasil bebas, dan mulai menggalang dukungan merebut kembali takhta kerajaan. Alhasil, pada November 1141, Stephen kembali bertakhta, dan Matilda berhasil melarikan diri. Matilda meninggal pada tahun 1167 dalam usia 65 tahun.
Margaret (1286–1290)
Margaret merupakan putri dari Raja Norwegia Eric II dan Margaret, putri Raja Skotlandia Alexander III. Ibunya yang bernama sama meninggal saat melahirkannya.
Ketika Raja Alexander III meninggal pada tahun 1286, Margaret sebagai satu-satunya keturunan Alexander III secara otomatis menduduki takhta dalam usia 3 tahun. Takhtanya di Skotlandia mengalami perdebatan. Selain karena usianya yang terlampau muda, ia berada di Norwegia bersama ayahnya. Perdebatan tersebut pun terus berlanjut ketika Ratu Margaret meninggal 4 tahun kemudian dalam usia 7 tahun. Kematiannya menyebabkan terjadinya perebutan takhta di Skotlandia.
Karena tidak pernah dimahkotai, bahkan tidak pernah menginjakkan kaki di tanah Skotlandia, takhtanya masih diperdebatkan.
Mary I, Ratu Skotlandia (1542–1567)
Sebagai satu-satunya keturunan Raja James V, ia menduduki takhta Skotlandia sepeninggal ayahnya pada tahun 1542 di saat umurnya baru 6 hari. Di saat ia berumur 5 tahun, ia dibawa ke Perancis dan dibesarkan oleh Raja Perancis Henry II. Pada usia 16 tahun, ia dinikahkan dengan Francis, putra Raja Henry II, yang kemudian menjadi Raja Perancis Francis II. Pada tahun 1560, Raja Francis II meninggal, dan Ratu Mary I memutuskan untuk kembali ke Skotlandia.
Di Skotlandia, sebagai Ratu Katolik di tanah Protestan, ia mendapat cukup penolakan dan dipaksa untuk mengundurkan diri. Pada tahun 1567, Mary I pun menyerahkan takhtanya kepada putranya, kemudian melarikan diri ke Inggris untuk meminta perlindungan dari Ratu Elizabeth I yang tidak lain sepupunya sendiri. Namun, sebagai cicit dari Raja Henry VII, dia adalah juga penerus takhta Kerajaan Inggris, kedatangannya ke Inggris justru dianggap sebagai upaya untuk menyingkirkan Ratu Elizabeth I, sehingga dia ditangkap, dikurung, dan akhirnya dihukum mati atas tuduhan percobaan pemberontakan dan percobaan pembunuhan terhadap Ratu Elizabeth I. Ia tewas dipancung dalam usia 44 tahun.
Jane Grey (Juli 1553)
Jane Grey terkenal dengan sebutan Nine Days’ Queen karena takhtanya yang cuman 9 hari. Selain itu takhtanya juga masih diperdebatkan.
Ketika Raja Edward VI bertakhta, kakak tertuanya, Mary adalah penerus sah takhta kerajaan menurut aturan yang berlaku. Namun, sebelum meninggal Edward VI menunjuk Jane Grey sebagai penerusnya. 4 hari setelah Edward VI meninggal, Jane Grey diumumkan sebagai Ratu Inggris. Hal ini mendapat penolakan dari Mary, kakak Edward VI yang mengklaim dirinya sebagai penerus sah. 9 hari kemudian, dengan menggalang dukungan, akhirnya Mary berhasil menyingkirkan Jane Grey dan menjadi Ratu Mary I. Ratu Mary I kemudian menangkap Jane Grey dan para pendukungnya dan menghukum mati mereka. Jane Grey tewas dipancung pada tahun 1554 dalam usia 16 tahun.
Mary I, Ratu Inggris (1553–1558)
Ratu Inggris Mary I berhasil naik takhta setelan menyingkirkan sepupunya Jane Grey. Mary I, seorang Katolik fanatik dikenal dengan sebutan Bloody Mary karena kekejaman masa pemerintahannya yang menghukum mati para penganut Protestan. Ratu Mary I menikah dengan Raja Spanyol Philip II dengan harapan menyatukan kedua negara. Mary I pun menggelari suaminya sebagai Raja Inggris dan berkedudukan setara dengan dirinya. Namun karena tidak memilik anak, harapan itu akhirnya sirna. Ratu Mary I meninggal pada tahun 1558 dalam usia 42 tahun. Takhtanya kemudian diserahkan kepada adiknya Elizabeth I.
Elizabeth I (1558–1603)
Elizabeth I, adik dari Mary I memerintah sepeninggal kakaknya. Tidak seperti kakaknya yang melarang Protestan, Elizabeth I yang justru seorang Protestan mendirikan kembali Gereja Inggris yang sempat dilarang Mary I. Elizabeth I disebut-sebut sebagai ratu terhebat dalam sejarah Inggris, selain karena figurnya yang karismatik, juga karena keberhasilannya mengalahkan armada Spanyol serta berhasil membawa kestabilan bagi negaranya, sehingga masa pemerintahannya disebut sebagai The Golden Age, atau sering juga disebut Elizabethan Era. Ia beratkhta hingga akhir hayatnya dan meninggal dalam usia 69 tahun. Karena tidak menikah, dan tidak memiliki keturunan, ia digantikan oleh adik sepupunya, James I/VI yang juga Raja Skotlandia, yang menjadi awal bergabungnya Kerajaan Inggris dengan Skotlandia.
Mary II (1689–1694)
Mary II naik takhta memimpin Inggris, Skotlandia, dan Irlandia bersama-sama dengan suaminya, William III/II, setelah ayahnya, James II/VII dipecat melalui revolusi. Meskipun ia dan suaminya bertakhta secara bersama-sama, Mary II nampak lebih dominan dalam pemerintahan dalam negeri, manakala suaminya lebih fokus ke luar negeri. Mary II dikenal cukup aktif dalam mengatur Gereja Inggris di mana ia adalah pemimpin tertingginya. Mary II bertakhta hingga meninggal dalam usia 32 tahun dan tidak memiliki keturunan.
Anne (1702–1714)
Anne, adik dari Ratu Mary II, naik takhta sepeninggal abang iparnya pada tahun 1702. Takhta Anne dikenal dengan bersatunya Inggris dan Skotlandia menjadi satu Kerajaan Britania Raya melalui Act of Union 1707, menjadikan Anne sebagai ratu pertama kerajaan bersatu tersebut, dan sekaligus ratu terakhir Inggris dan Skotlandia secara tepisah. Di masanya pula, pemerintahan Britania Raya mulai bergerak dari monarki absolut menuju monarki konstitusional. Sama seperti kakaknya, Anne tidak meninggalkan keturunan. Setelah 12 bertakhta, ia meninggal dalam usia 49 tahun dan digantikan oleh sepupunya.
Victoria (1837–1901)
Bernama lengkap Alexandrina Victoria, Ratu Victoria yang bertakhta selama 63 tahun dan 7 bulan merupakan ratu terlama dalam sejarah Britania, melebihi ratu/raja yang ada hingga saat ini. Victoria mewarisi takhta sepeninggal pamannya, Raja William IV, di saat ia baru berumur 18 tahun. Zaman pemerintahannya yang dikenal dengan Victorian Era dikenal dengan berkembangnya Britania Raya secara pesat di bidang industri, politik, ilmu pengetahuan, dan militer, juga berkembangnya wilayah jajahan Britania Raya di seluruh benua hingga mencapai puncaknya. Meskipun Britania Raya sudah mengadopsi monarki konstitusional, peran simbolik Ratu Victoria sangatlah penting sebagai pemersatu bangsa-bangsa Britania Raya dan seluruh wilayah jajahannya. Ratu Victoria juga dikenal sebagai peletak dasar-dasar moral dan etika bagi para anggota keluarga kerajaan untuk bisa berperan dalam monarki konstitusional.
Ratu Victoria meninggal pada tahun 1901 dalam usia 81 tahun, dan kemudian mewariskan takhtanya kepada anaknya, Edward VII.
Elizabeth II (1952–sekarang)
Elizabeth Alexandra Mary, lebih dikenal dengan nama Elizabeth II, mewarisi takhta ayahnya, George VI, saat berumur 26 tahun. Selama takhtanya, ia menyaksikan banyaknya perubahan Kekaisaran Britania, di mana banyak wilayah jajahannya yang merdeka satu per satu, hingga berkembang menjadi organisasi negara-negara persemakmuran. Ratu Elizabeth II dikenal dengan rutinitasnya mengunjungi berbagai wilayah baik di dalam maupun luar negeri. Ratu Elizabeth II saat ini merupakan ratu terlama ketiga dalam sejarah Britania Raya dan juga ratu tertua dalam sejarah Britania Raya. Jika ia masih bertakhta pada September 2015, di mana usianya menginjak 89 tahun, ia akan menjadi ratu terlama sepanjang sejarah Britania Raya, melewati rekor Ratu Victoria.
Margaret Hilda Thatcher, Perdana Menteri (1979–1990)
Margaret Thatcher merupakan wanita pertama dan satu-satunya yang pernah menduduki posisi Perdana Menteri di Britania Raya. Ia menduduki posisi PM setelah kemenangan partai pimpinannya (Partai Konservatif) pada Pemilu 1979. Sebagai PM selama 3 periode, Ia dikenal dengan julukan Iron Lady (Wanita Besi) karena memiliki pendirian yang teguh dan kekonsistenannnya atas kebijakan nasional dan ekonominya walaupun tidak banyak membuahkan hasil positif dan banyak dikritik, bahkan menurunkan popularitasnya. Di masa pemerintahannya, pada tahun 1982, meskipun dilanda kesulitan ekonomi, ia berhasil memenangkan perang merebut kembali Kepulauan Falkland dan Kepulauan Georgia Selatan & Sandwich Selatan yang diduduki dan diklaim Argentina. Meskipun memerintah cukup lama, popularitasnya terus merosot bahkan dari partainya sendiri, sehingga memaksanya mengundurkan diri pada tahun 1990

5 Pesepakbola Penerima Kartu Merah Tercepat

Dunia sepakbola tak pernah lepas dari sensasi, di dalam maupun di luar lapangan. Berikut ulasan menarik seputar pemain yang memperoleh kartu merah tercepat sepanjang sejarah perkembangan sepakbola di seluruh pelosok dunia:
1. Lee Todd (2 detik)
Rekor penerima kartu merah tercepat dipegang Lee Todd. Salah seorang pemain amatir di Inggris, memperoleh kartu merah di detik kedua pada kompetisi amatir 11 tahun silam. Penyebabnya tidak sepele, dia memarahi wasit yang meniup peluit pertama tanda pertandingan dimulai. Dia mengeluarkan umpatan dengan menyebut suara peluit itu memekakkan telinganya. Sang pemain pun langsung diusir wasit karena dianggap menggunakan kata-kata yang tidak sopan kepada perangkat pertandingan.
2. David Pratt (3 detik)
David Pratt, penyerang klub Chippenham Town (salah satu klub di Divisi Primer Wilayah Selatan Inggris), menjadi pemegang rekor selanjutnya. Dia mendapat kartu merah saat pertandingan baru berjalan tiga detik karena dianggap melakukan pelanggaran keras kepada pemain Bashley Chris Knowles. Peristiwa unik tersebut terjadi dalam salah satu laga Divisi Primer Wilayah Selatan Inggris 2008.
3. Preston Edwards (10 detik)
Preston Edwards merupakan penjaga gawang Ebbsfleet United, salah satu klub yang ikut serta dalam Conference South (divisi lima Liga Inggris). Edwards diusir wasit hanya 10 detik setelah kick off pertandingan saat memperkuat Ebbsfleet menghadapi Farnborough dua pekan lalu. Tak lama tanda kick off dibunyikan, pemain Ebbsfleet Ryan Blake mencoba melakukan backpass kepada Edwards. Akibat terlalu lemah, bola mampu direbut striker Farnborough, Kezie Ibe. Tak punya pilihan lain, Edwards lantas maju dan mencoba menghalau pergerakan Ibe. Alih-alih menyelamatkan gawangnya, Edwards justru menjatuhkan Ibe di dalam kotak penalti. Dia pun dinobatkan sebagai penjaga gawang yang menerima kartu merah tercepat sepanjang sejarah sepakbola.
4. Giuseppe Lorenzo (10 detik)
Rekor kartu merah tercepat juga diperoleh pemain Bologna, Giuseppe Lorenzo. Pada pertandingan Serie A Italia pada 1990, dia mendapat kartu merah saat pertandingan baru berjalan 10 detik. Lorenzo diganjar kartu merah setelah memukul salah satu pemain Parma.
5. Kevin Pressman (13 detik)
Setelah menyumbangkan nama Lee Todd, David Pratt, dan Preston Edwards dalam pemegang rekor penerima kartu merah tercepat, liga di Inggris juga menyumbangkan salah satu pemain lainnya, yakni penjaga gawang Sheffield Wednesday Kevin Pressman. Pressman dihukum dengan kartu merah langsung karena memegang bola secara sengaja di luar kotak penalti pada 2000 saat pertandingan baru berjalan 13 detik

5 Rekor Gol Tercepat di Liga Champions

Striker AC Milan Alexandre Pato berhasil mencetak gol cepat ke gawang Barcelona di awal laga pembuka Grup H Liga Champions, Rabu dini hari WIB, 14 September 2011.
Gol yang diciptakan pemain Internasional Brasil di detik 24 itupun masuk ke dalam lima besar rekor gol tercepat sepanjang pelaksanaan Liga Champions. Usai laga yang berkesudahan 2-2 ini, Pato pun menjelaskan apa yang ada di benaknya ketika ia mencetak gol tersebut.
“Begitu permainan dimulai, aku melihat celah di pertahanan Barcelona. Aku pun berlari dan melakukannya (cetak gol ke jala Barcelona),” ujar Pato tersenyum seperti dikutip dari Football Italia.
Siapa sajakah yang berhasil mencetak gol cepat dalam Kompetisi yang paling bergengsi di ranah Eropa ini? Berikut daftar lima besar gol tercepat sepanjang sejarah Liga Champion.
1. 10 detik
Pencetak gol : Roy Makaay (Bayern Munich)
Pertandingan : Bayern Munich vs Real Madrid (07 Maret 2007)
2. 20.07 detik
Pencetak gol :Gilberto Silva (Arsenal)
Pertandingan :Arsenal vs PSV Eindhoven (25 September 2002)
3. 20.12 detik
Pencetak gol : Alessandro Del Piero (Juventus)
pertandingan : Juventus vs Manchester United (01 Oktober 1997)
4. 21 detik
Pencetak gol : Clarence Seedorf (AC Milan)
Pertandingan : AC Milan vs Schalke 04 (29 September 2005)
5. 24 detik
Pencetak gol : Alexander Pato (AC Milan)
Pertandingan : AC Milan vs Barcelona (14 September 2011)

Dua Nomor Punggung Kramat di AC Milan

Ada dua Legenda HidupAC MILAN yang kini nomer punggung nya di keramatkan (ga ada yang boleh pake lagi) karena pemain itu sangat berjasa pada klub dan kesetiaannya dengan tidak pindah ke klub manapun. Dari awal dia berkarir hingga pensiun . Sehingga klub mengkramatkan nomer punggungnya sebagai tanda terimakasih. Siapakah mereka itu?
1. FRANCO BARESI
Franco Baresi (lahir di Travagliato, Brescia, 8 Mei 1960; umur 50 tahun) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Posisinya adalah pemain belakang (stoper). Ia menghabiskan sepanjang kariernya di AC Milan, dari tahun 1977 hingga 1997, dan merupakan salah seorang legenda Milan. Nomor punggungnya, 6, kini dipensiunkan oleh Milan, sehingga tak akan ada lagi pemain AC Milan yang mengenakan nomor tersebut.
Baresi 81 kali memperkuat tim nasional sepak bola Italia, dari tahun 1982 hingga 1994. Ia tampil dalam dua Piala Dunia FIFA, 1990 dan 1994. Dalam final tahun 1994 melawan Brasil, ia adalah salah seorang pemain yang penaltinya gagal sehingga turut menyebabkan kekalahan Italia di pertandingan tersebut.
2. PAOLO MALDINI


Paolo Maldini (lahir di Milan, Italia, 26 Juni 1968; umur 42 tahun) adalah seorang pesepak bola Italia. Sepanjang kariernya dia hanya bermain di klub AC Milan, di mana dia paling sering diposisikan sebagai bek kiri dan bek tengah. Ia bertinggi tubuh 188 cm. Maldini adalah salah satu legenda sepak bola Italia yang sangat disegani. Di Milan, ia sering dipasangkan dengan Alessandro Nesta jika bermain sebagai bek tengah.
Di pentas Seri A, Paolo Maldini berhasil menyamai rekor penampilan Dino Zoff di Seri A sebanyak 570 kali pada 18 September 2005 dalam pertandingan melawan Sampdoria. Pertandingan tersebut juga merupakan yang ke-800 dalam kariernya bersama AC Milan. Kontrak Maldini awalnya akan berakhir pada akhir musim 2007-08 namun kemudian diperpanjang hingga musim 2008-09. Untuk dedikasi terhadap klubnya, AC Milan, seragam bernomor 3 akan turut dipensiunkan sampai putranya, Christian, masuk ke skuad utama AC Milan.

Maskot Piala Dunia dari 1966 – 2010

Sejak Piala Dunia pertama pada tahun 1966, Maskot Piala Dunia sudah digunakan hingga Piala Dunia tahun 2010 di Afrika Selatan. Bagaimana bentuk Maskot Piala Dunia sebelum-sebelumnya? Berikut berbagai Maskot Piala Dunia:
1.) INGGRIS 1966
World Cup Willy
Sebuah singa, merupakan simbol tipikal dari Kerajaan Inggris, mengenakan kaos Union Jack dengan kata “WORLD CUP”.
2.) MEKSIKO 1970
Juanito
Seorang anak laki-laki mengenakan seragam Meksiko dan sebuah topi sombrero (dengan kata-kata “MEXICO 70″). Namanya merupakan nama kecil dari “Juan”, sebuah nama umum dalam bahasa Spanyol.
3.) JERMAN BARAT 1974
Tip and Tap
2 anak laki-laki mengenakan seragam Jerman, dengan huruf WM (Weltmeisterschaft, World Cup, Piala Dunia) dan angka 74.
4.) ARGENTINA 1978
Gauchito
Seorang anak laki-laki mengenakan seragam Argentina. Topinya (dengan kata ARGENTINA ’78), syal dan cambuk merupakan tipikal dari seorang gaucho.
5.) SPANYOL 1982
Naranjito
Sebuah jeruk, sebuah buah yang menjadi ciri khas Spanyol, mengenakan seragam dari Spanyol. Namanya berasal dari kata naranja, Bahasa Spanyol dari jeruk, dan kata pengecil “-ito”.
6.) MEKSIKO 1986
Pique
Sebuah lada jalapeño, karakteristik dari masakan Meksiko, dengan kumis dan mengenakan topi sombrero. Namanya berasal dari kata picante, Bahasa Spanyol dari rempah-rempah dan saus.
7.) ITALIA 1990
Ciao
Seorang pemain stick figure dengan kepala bola sepak dan tubuh berwarna bendera Italia. Namanya merupakan kata sapaan dalam Bahasa Italia.
8.) AMERIKA SERIKAT 1994
Striker
Seekor anjing, mengenakan seragam Amerika Serikat dengan kata-kata “USA 94″.
9.) PERANCIS 1998
Footix
Seekor unggas, salah satu dari simbol nasional Perancis, dengan kata “FRANCE 98″ di dada. Tubuhnya sebagian besar biru, seperti kaos seragam Perancis dan namanya merupakan sebuah kata portmanteau dari “sepak bola” dengan akhiran “-ix” dari Astérix. Nama lain yang sempat diajukan adalah “Raffy”, “Houpi”, dan “Gallik”.
10.) KOREA DAN JEPANG
Ato, Kaz and Nik (The Spheriks)
Oranye, ungu, dan biru futuristik, makhluk ciptaan komputer. Mereka merupakan anggota sebuah tim “Atmoball” (permainan fiksi semacam sepak bola), Ato adalah pelatih sedangkan Kaz dan Nik adalah pemain.
11.) JERMAN 2006
Goleo dan Pille
Seekor singa mengenakan kaos Jerman dengan angka 06 dan sebuah bola sepak berbicara, Pille. Goleo adalah sebuah portmanteau dari kata “goal” dan “leo”, kata latin dari singa. Di Jerman, “Pille” adalah kata sehari-hari untuk menyebut sepak bola.
12.) AFRIKA SELATAN 2010
Zakumi
Zakumi adalah nama maskot Piala Dunia 2010 yang digelar di Afrika Selatan. Zakumi adalah seekor macan tutul dengan rambut nyentrik berwarna hijau, Zakumi lahir tanggal 16 Juni 1994 yang bertepatan dengan hari pemuda di Afrika Selatan. Pada tahun 2010 Zakumi berusia 16 tahun, yang dirayakan secara global dengan tajuk piala dunia 2010.
Nama Zakumi berasal dari kata “Za”, kode untuk Afrika Selatan, dan “kumi”, sebuah kata yang berarti sepuluh dalam berbagai bahasa Afrika. Zakumi mengenakan kostum hijau dan kuning (emas), yang juga menjadi warna dominasi seragam tim Afrika Selatan